Eksplorasi Gender di Ranah Jurnalisme Dan Hiburan | Aksiku Toko Buku Bekas Online
Pemesanan Klik pada nomor untuk langsung chat :
1. Djefi: Whatsapp: 0813-1063-6383
2. Farida: Whatsapp: 0813-1555-4445
"Harga Belum Termasuk Biaya Ongkos Kirim"
"Pengiriman dilaksanakan sehari setelah Pembayaran"

Pilih Penulis

Pencarian Cepat - Ketik dan Enter

Home » , » Eksplorasi Gender di Ranah Jurnalisme Dan Hiburan

Eksplorasi Gender di Ranah Jurnalisme Dan Hiburan

www.aksiku.com

Judul: Eksplorasi Gender di Ranah Jurnalisme Dan Hiburan
Penyunting: Ashadi Siregar-Rondang Pasaribu-Ismay Prihastuti
Tebal: xx + 304 Halaman
Harga: HABIS
Berat Buku: 385 g
Kulit Muka: Soft Cover Kondisi: Cukup Bagus (Buku Bekas/Kondisi fisik sesuai foto)
Penerbit: LP3Y Tahun: Desember 2000 Cet.1
Bahasa: Indonesia

Sinopsis

Eksplorasi Gender di Ranah Jurnalisme dan Hiburan

...betapa pentingnya masukan-masukan dari pihak perempuan dalam perancangan isi media massa, baik itu media elektronik maupun cetak, umumnya belum terpikirkan oleh kaum laki-laki.
(Toety Adhitama)

...mereka mungkin tidak mempunyai bargaining position, sehingga menerima semua peran dalam iklan atau sinetron yang ditawarkan. Keinginan mereka mencari nama, uang, memang sering menjadi alasan perempuan untuk melakukan itu. Dalam kasus seperti itu, yang disalahkan jangan hanya perempuan saja. Laki-laki juga harus dididik agar lebih sopan dan menghargai perempuan. Iklan misalnya adalah hasil kerjasama tim: ada model, sutradara, creative director, produser dan akhirnya client.
(Nurul Arifin)

Eksistensi perempuan di dalam wacana ekonomi – politik di dunia komoditi sebagai 'ilustrasi' di dalam berbagai acara hiburan televisi – khususnya acara lawak dan musik – telah mengangkat kepermukaan setidak-tidaknya tiga persoalan. Pertama, persoalan 'ekonomi-politik tubuh' (political-economy of the body). Kedua, persoalan 'ekonomi-politik tanda' (political-economy of the signs). Ketiga, persoalan 'ekonomi-politik hasrat' (political-economy of desire).
(Yasraf Amir Piliang)

Dunia jurnalistik dilihat sebagai representasi kultur patriarki bisa dijelaskan terutama dari “ruang geraknya”, yaitu pada wilayah publik (public sphere) yang dalam hal ini telah memunculkan dua mitos: (1) laki-laki sebagai pembuat peristiwa dan berita, (2) hanya laki-laki yang mampu mengantisipasi tantangan wilayah publik karena mereka memiliki keleluasaan dan kesempatan untuk bergerak. ..bahasa dan gender merupakan konstruksi kultural. Bahasa dan problem gender tidak bisa lagi disepikan dalam problem ilmiah sebagaimana berlangsung selama ini.
(Tommy F Awuy)

Lihat Juga

Buku Unggulan


0 comments:

Post a Comment

Sudahkah Anda Baca Buku ini?