Jual Buku: Debu Cinta Bertebaran (Achdiat K. Mihardja) | Aksiku Toko Buku Bekas Online
Pemesanan Klik pada nomor untuk langsung chat :
1. Djefi: Whatsapp: 0813-1063-6383
2. Farida: Whatsapp: 0813-1555-4445
"Harga Belum Termasuk Biaya Ongkos Kirim"
"Pengiriman dilaksanakan sehari setelah Pembayaran"

Pilih Penulis

Pencarian Cepat - Ketik dan Enter

Home » , , , , , , » Jual Buku: Debu Cinta Bertebaran (Achdiat K. Mihardja)

Jual Buku: Debu Cinta Bertebaran (Achdiat K. Mihardja)

www.aksiku.com
Judul: Debu Cinta Bertebaran
Penulis: Achdiat K. Mihardja

Bahasa: Indonesia
Kulit Muka: Soft Cover
Tebal: viii + 388 Halaman
Berat Buku: 425 g
Penerbit: PT Balai Pustaka
Tahun: Cetakan Pertama, 2004
Kondisi: Bagus (Buku Bekas/Kondisi fisik SESUAI foto)

Harga: Rp. 35.000,-HABIS

Sinopsis


Debu Cinta Bertebaran, pertama kali diterbitkan tahun 1973 oleh Pustaka Nasional, Singapura. Sempat mengalami cetak ulang ke dua pada 1976. Yang sekarang beredar lagi adalah cetakan paling baru yang telah mengalami revisi di beberapa bagiannya. Penerbitnya kali ini Balai Pustaka. Di tengah derasnya serbuan novel-novel chick lit dan teen lit, upaya Balai Pustaka tersebut patut dihargai. Dan di antara banjirnya karya-karya novel pop itu,  Debu Cinta Bertebaran jadi terasa `klasik`.

Dalam Sekapur Sirih di buku ini, penulisnya mengatakan bahwa jika Atheis adalah sebuah novel gagasan, maka Debu Cinta Bertebaran merupakan novel kaleidoskop. Memang, bila saya bandingkan  kedua novel "tua" itu, jelas Debu Cinta Bertebaran sarat dengan banyak hal yang ingin disampaikan. Gagasan, pandangan dan pikiran penulisnya hadir berjejalan. Jika dalam Atheis, hanya kelihatan gagasan tunggal tentang komunisme, dalam Debu Cinta Bertebaran muncul banyak persoalan. Dari komunisme, nasionalisme, feminisme, homoseksual, agama/ketuhanan, politik, sastra hingga cinta. Tak ada satupun gagasan yang tampak menonjol sendirian.

Bersetting tahun 1960-an pada masa Demokrasi Terpimpin, kisah ini mengambil lokasi di Sydney, Australia, dengan tokoh utamanya Rivai, seorang wartawan freelance yang mendapatkan beasiswa dari Rockefeller Foundation untuk memperdalam pengetahuannya tentang jurnalistik di negeri Kangguru itu selama satu  tahun. Melalui Rivai, kita lantas diajak mengenal tokoh-tokoh lainnya yang masing-masing menjadi wakil dari setiap persoalan yang diangkat.

Ada Janet yang menganut kebebasan dalam cinta. Baginya cinta tak perlu diikat dalam sebuah tali perkawinan, sebab cinta itu sendiri adalah pengikat sejati. Lalu, Deanne, mahasiswi cerdas, cantik dengan trauma seksual masa kecilnya. Deanne adalah wakil dari kelompok humanis yang menjunjung tinggi HAM dan nilai-nilai moral kehidupan. Mereka berdua inilah yang mendapat peran lumayan banyak  di samping Rivai. Yang lainnya hanyalah figuran.

Kurun waktu enam bulan Rivai di Sydney, ia telah  berkenalan dengan banyak orang, baik dari sesama warga Indonesia maupun orang-orang Australianya. Dia juga sering menghadiri undangan-undangan seminar di sana. Hingga pada suatu malam musim panas, dia bertemu dan berkenalan dengan Deanne, seorang mahasiswi calon Master Antropologi yang tengah menulis tesisnya tentang suku di Irian jaya.

Deanne yang cantik dan cerdas itu segera saja memikat hati lelaki Rivai yang jauh dari istri dan keluarganya. Ya, Rivai telah beristri. Fatimah namanya, ditinggalkan Rivai dalam keadaan sakit jiwa entah apa sebabnya di kampung halamannya, Bandung. Rivai dan Deanne cepat menjadi akrab. Deanne beberapa kali mengundang Rivai makan malam dilanjutkan dengan jalan-jalan. Kian hari Rivai kian mengagumi gadis bule itu. Pendapat-pendapatnya  mengenai seks, cinta, komunisme, rasialisme dan kemanusiaan membuat Rivai makin dalam terjerumus perasaan cintanya. Ialah perempuan dambaan setiap pria. Ingin benar Rivai menjadikannya kekasih, tetapi bagaimana dengan Fatimah yang malang itu?

Sebelum berjumpa Deanne, Rivai lebih dulu dekat dengan Janet. Rivai tahu bahwa Janet adalah kekasih Peter. Tetapi hal itu tidak menghalangi Janet untuk menjalin hubungan mesra dengan lelaki lain, termasuk Rivai. Ia dan Peter tidak menikah resmi. Mereka hidup bersama tanpa ikatan perkawinan dan sepakat bahwa masing-masing tidak boleh menjadi posesif.

Hubungan Rivai dan Janet bolehlah disebut lebih dari sekedar teman biasa. Mereka sering menghabiskan waktu bersama untuk jalan-jalan, melukis atau sekedar minum kopi sampai selanjutnya ia bertemu dan jatuh cinta pada Deanne.

Achdiat Karta Mihardja, di usia senjanya (6 Maret ini ia genap 94 tahun),  tentu gembira dengan diterbitkannya kembali salah satu karyanya.  Dan saya ikut bergembira, sebab  saya beruntung berkesempatan membaca karya serius ini. Darinya, saya memperoleh sepotong informasi tentang kondisi Tanah Air di masa Demokrasi Terpimpin sampai tumbangnya Orde Lama oleh  Orde Baru (yang ternyata lebih busuk). Orang-orang Indonesia  di Australia ini kebanyakan adalah para "pelarian"  yang tidak betah hidup di bawah kepemimpinan Soekarno. Soekarno, menurut perasaan mereka, makin hari makin menjadi diktator. Puncaknya adalah dengan dimaklumatkannya pemerintahan "Demokrasi Terpimpin"

Debu Cinta Bertebaran memamg tidak sefenomenal Atheis. Namun, tak ada ruginya membaca dan menyelami persoalan-persoalan manusia di dalamnya. Barangkali saja, kita akan bertambah arif karenanya.

Lihat Juga

Buku Unggulan


0 comments:

Post a Comment

Sudahkah Anda Baca Buku ini?