Jual Buku: Ketika Nurani Bicara | Aksiku Toko Buku Bekas Online
Pemesanan Klik pada nomor untuk langsung chat :
1. Djefi: Whatsapp: 0813-1063-6383
2. Farida: Whatsapp: 0813-1555-4445
"Harga Belum Termasuk Biaya Ongkos Kirim"
"Pengiriman dilaksanakan sehari setelah Pembayaran"

Pilih Penulis

Pencarian Cepat - Ketik dan Enter

Home » , , , , , , » Jual Buku: Ketika Nurani Bicara

Jual Buku: Ketika Nurani Bicara

www.aksiku.com
www.aksiku.com

www.aksiku.com

www.aksiku.com

www.aksiku.com
Judul: Ketika Nurani Bicara
Penulis: K.H.M. Cholil Bisri
Tebal: x + 146 Halaman
Harga: Rp. 20.000,-HABIS
Berat Buku: 180 g
Kulit Muka: Soft Cover Kondisi: Cukup (Buku Bekas/Kondisi fisik sesuai foto)
Penerbit: PT Remaja Rosdakarya Tahun: 1999 Cet.1
Bahasa: Indonesia

Sinopsis

Terdapat Stempel di Halaman pembuka dan SISI buku. LIHAT FOTO

Anda mungkin pernah mendengar pemeo "Besok yang dimakan apa?" dan "Besok yang dimakan siapa?" Kedua ungkapan yang terkesan sederhana itu, sebenarnya memiliki kedalaman makna. Keduanya muncul dari suatu proses pergulatan hati nurani. Di dalamnya tersirat sejarah kemanusiaan: pertentangan antara hak dan batil, antara keadilan dan kezaliman. Ketika seseorang berkata,"Besok yang dimakan apa?", katahuilah, itu adalah isyarat akan keadaan hidup yang terpinggirkan bahkan dipinggirkan. Para mustadh'afin, orang-orang tertindas, kaum fakir miskin, anak-anak yatim,"para abid" yang terpaksa menerima gaji teramat rendah, dan wong cilik lainnya sangat akrab dengan ungkapan yang pertama. Mereka adalah orang-orang yang dikalahkan. Mereka adalah korban kekelaman hati nurani para petinggi negeri dan kaum borju yang kesombongannya seperti setan, keserakahannya bagaikan Qarun, kezalimannya laksana Fir'aun. Mereka adalah tumbal orang-orang yang teriakan hati nuraninya terkalahkan oleh bisikan kerakusannya:"Besok yang dimakan siapa?"

Jeritan pilu mereka yang kerap dianggap belum jadi manusia bahkan bukan manusia itu, digaungkan penulis buku ini secara menyejukkan. Sikap berontaknya terhadap kepongahan, keangkuhan, ketakpedulian, bahkan kelaliman para gegeden negeri ini pun terekam bijak dalam tulisannya di buku ini. Penulis juga menawarkan solusi untuk menghaluskan hati nurani melalui tulisan-tulisannya seputar penghambaan, Ramadan, Lailatul Qadar dan lain-lain. Mengenai NU, tak sedikit substansi tulisannya yang sangat kritis. Hati nurani ke-NU-an kaum nahdliyyin bahkan dipertanyakannya. Namun, sanggupkah dia mempertanyakan hati nurani seorang penghulu kaum nahdliyyin, Gus Dur, yang kini menjadi Presiden? Adakah jawabannya dalam buku ini? Bacalah!

Lihat Juga

Buku Unggulan


0 comments:

Post a Comment

Sudahkah Anda Baca Buku ini?